Standar pendidikan Jasmani

STANDAR PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Dosen Pengampu : Prof. Dr. Husein Argasasmitha, MA Dr. Soekardi, M.Pd  Oleh : Fajar Awang Irawan 6301508013 PENDIDIKAN OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009 DAFTAR ISI Judul 1 Daftar Isi 2 Kata Pangantar 3 Standar Pendidikan Jasmani 4 Pemahaman Terhadap Siswa 4 Penguasaan Materi 4 Proses Pengajaran 5 Kewajiban Siswa Dalam Pembelajaran 5 Harapan Tinggi Untuk Pembelajaran 6 Lingkungan Pembelajaran 6 Pemilihan Kurikulum 6 Penilaian 6 Keadilan, Kejujuran dan Perbedaan 7 Refleksi Terhadap Pengajaran 7 Mengenalkan Gaya Hidup Aktif 7 Kolaborasi Sesama Guru Pendidikan Jasmani 8 Keluarga dan Masyarakat 8 Daftar Pustaka 9 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan dan penyusunan makalah ini merupakan tugas akhir semester mata kuliah Manajemen Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dengan tujuannya untuk memahai standar pengajaran pendidikan jasmani. Dalam penyusunan makalah ini penulis meminta dukungan kepada semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.         Semarang,  Juli 2009                                                                                           Penulis STANDAR PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Standar pengajaran ini dibuat untuk memudahkan guru dalam pemahamannya terutama pada saat mengajar. Pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk membentuk manusia yang sempurna yang memiliki kepribadian bangsa sesuai dengan kaidah-kaidah yang menjadi harapan bangsa dan masyarakat Indonesia, manusia yang memiliki akhlak mulia dan berkualitas seperti kalimat yang tercantum pada UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yaitu menyiapkan untuk menjadi warga Negara yang baik, menjadi tenaga kerja yang terampil, dan menjadi warga Negara yang produktif. Standar I : Pemahaman terhadap siswa Seorang guru menggunakan pengetahuan mereka untuk membuat setiap siswa saling berkomunikasi melalui suatu pendekatan yang ramah, metode pendekatan yang mampu menerima setiap anak, dengan tanpa mengabaikan kemampuan, kesuksesan dan manfaat dari aktifitas fisik serta gaya hidup sehat. Guru melakukan pengajaran dengan menggunakan variasi pembelajaran dengan maksud untuk mempelajari karakter, komunikasi dan sosial budaya serta lingkungan siswa itu sendiri. Selain itu, guru juga menggunakan informasi secara global, mengidentifikasi siswa dengan bakat dan pengalaman, kelebihan dan kekurangannya terutama pada saat dilapangan, sehingga siswa dapat mengekspresikan semua bakat yang dimiliki dan mengembangkannya dengan tidak lepas dari bimbingan guru. Standar II : Penguasaan materi Pada dasarnya guru harus memiliki beberapa komponen dan cara pengembangan keterampilan gerak untuk mendesain mata pelajaran yang akan digunakan sebagai dasar keterampilan gerakan dan selalu mengembangkan pola gerakan. Yang paling mendasar, guru harus memahami dan dapat berkomunikasi dengan siswa tentang fungsi tubuh manusia dan gerakannya serta komponen yang berhubungan dengan kesegaran jasmani seperti komposisi tubuh, daya tahan kardiovaskular, kelenturan, daya tahan otot, kekuatan otot, dan komponen yang lain yang berhubungan dengan komponen kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, kecepatan reaksi dan kecepatan. Dan yang tidak kalah pentingnya yaitu guru juga harus bisa menjaga keselamatan peserta didik. Dengan demikian diharapkan agar siswa dapat memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Standar III : Proses Pengajaran Pengajaran dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science); sebagai seni, pengajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improvisasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam proses pembelajaran selama dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Guru menggunakan demonsrasi didalam melakukan perintah yang fungsinya membantu menggunakan keterampilan dalam situasi yang dinamis. Penjelasan guru secara verbal dapat membantu komunikasi tentang apa yang akan dilakukan seorang siswa dan guru pun juga tahu kapan dan bagaimana melakukan isyarat perintah untuk mendatangkan respon balik dari siswa. Guru memilih aktifitas kelompok untuk meningkatkan kerja sama dan kemudian mengembangkannya ke dalam pemecahan masalah individu dan kelompok. Standar IV : Kewajiban Siswa Dalam Pembelajaran Setelah memahami atau memiliki pengetahuan tentang siswanya, seorang guru pendidikan jasmani harus menyeimbangkan pengetahuan mereka dari aspek kognitif dengan konsep dan keterampilan. intinya bahwa siswa memiliki kewajiban untuk belajar namun bagaimana caranya, agar siswa tidak jenuh atau berhenti ketertarikannya pada pendidikan jasmani. Motivasi siswa adalah alasan dibalik pengambilan keputusan untuk belajar. Motivasi bisa berbentuk instrinsik (karena anak memiliki suatu keinginan). Ekstrinsik (sesuatu yang mempengaruhi anak dari luar), atau kombinasi dari faktor instrinsik dan ekstrinsik. Guru yang memainkan peran kritikal dalam memperhatikan atau meningkatkan motivasi instrinsik dari bagian pengajaran adalah membantu siswa dalam pembelajaran. Standar V : Harapan Tinggi Untuk Pembelajaran Guru pendidikan jasmani harus menyadari bahwa anak yang belajar akan dapat dibagi kedalam tiga kategori, yakni: pemula, menengah, dan ahli. Walaupun dalam hal ini anak mempunyai banyak persamaan dalam hal kemampuan dibandingkan perbedaan mereka. Guru harus menyeimbangkan kemampuan dengan tingkat kesulitan tugas sehingga anak dapat berprestasi. Setiap peningkatan dalam kemampuan dan keterampilan anak yang belajar tidak lepas dari komitmen guru terhadap hasil belajar yang dicapai siswa, tidak hanya dari segi kuantitas tapi juga dari segi kualitas. Standar VI : Lingkungan Pembelajaran Guru pendidikan jasmani harus dapat menyediakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam proses belajar. Hal in terkait dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa, serta keinginan siswa untuk belajar. Guru memperhatikan keamanan dan kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran, sama ketika guru menggunakan modifikasi untuk mendukung agar terciptanya lingkungan dan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu guru juga harus menempatkan satu atmosfer yang rapi dengan kondisi dan harapan-harapan yang memungkinkan untuk menyediakan pelajaran yang maksimum untuk semua siswa. Standar VII : Pemilihan Kurikulum Guru pendidikan jasmani dapat memilih materi yang diajarkan pada siswa, sehingga guru sebagai pelaksana pembelajaran menemui banyak kesulitan di lapangan. Sekarang kurikulum dapat sudah dapat disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Oleh karena itu sekolah dalam suatu daerah dapat menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran mereka sendiri. Standar VIII : Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Standar IX : Keadilan, Kejujuran dan Perbedaan Ranah afektif menyangkut perasaan, moral, dan emosi. Perkembangan afektif siswa mencakup proses belajar perilaku layak pada budaya tertentu, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, disebut sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan perilaku orang lain. pihak yang sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya. Model pengajaran guru pendidikan jasmani mempromosikan perilaku yang sesuai di suatu masyarakat yang berbeda karakternya dengan mempertunjukkan rasa hormat dan evaluasi kepada semua anggota komunitasnya dan mempunyai harapan tinggi bahwa siswa akan memberikan keadilan dengan masyarakat satu dengan yang lain. Standar X : Refleksi terhadap pengajaran Guru pendidikan jasmani dapat merefleksikan praktek untuk membantu perkembangan kreativitas siswa, merangsang pertumbuhan pribadi, berperan untuk mengisi pengetahuan, ketrampilan kelas dan meningkatkan profesionalisme. Guru pendidikan jasmani seharusnya melaksanakan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya, hal ini dimaksudkan agar guru dapat secara terus menerus melakukan perbaikan terhadap praktek pengajarannya. Guru yang profesioanl akan selalu belajar dari pengalaman serta tidak malu bertanya pada guru yang lebih tahu untuk kelangsungan proses pembelajaran. Guru juga dituntut untuk kreatif, inovatif dalam setiap pemikiran perencanaan terhadap pengajaran. Standar XI : Mengenalkan Gaya Hidup Aktif Seorang guru juga harus mengenalkan suatu gaya hidup yang aktif dari aktivitas fisik dan mempromosikan aktivitas harian yang penuh arti untuk semua siswa dengan tujuan akan mendorong mereka untuk menjadi penganut hidup yang lebih lama dengan aktivitas fisik. Selera, kepercayaan, sikap, acuan nilai, dan idealisme seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut berperilaku. Karena siswa berpikir dan merasa, tidak ada satupun pembelajaran psikomotor yang terjadi tanpa adanya rasa keterlibatan perasaan tentang dirinya sendiri dengan pelajarannya, dan tentang situasi disekitarnya. Standar XII : Kolaborasi sesama guru pendidikan jasmani Guru pendidikan jasmani dapat melalukan kolaborasi dengan sesama guru pendidikan jasmani baik dalam satu sekolah atau dengan guru lain sekolah. Guru dapat saling berbagi pengalaman serta taktik jitu dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan yang paling penting adalah pengembangan materi pendidikan jasmani dalam bentuk silabus. Kegiatan tersebut dapat diikuti melalui MGMP atau PKG. Standar XIII : Keluarga dan masyarakat Guru pendidikan jasmani harus ingat bahwa siswa merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat. Untuk itu guru juga harus melibatkan keluarga dan masyarakat dalam proses belajar mengajar agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih, tidak hanya dari proses pembelajaran di kelas atau di sekolah, tapi juga berlanjut didalam lingkungan keluarga dan masyarakat. DAFTARA PUSTAKA Bambang S. dan Abdul Hasim (2008). Menjadi Guru Yang Baik. Bandung. Pustaka Sutra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kode Plat Nomor Kendaraan Bermotor di Indonesia

Filosofi Lagu Gundul Gundul Pacul

Permainan KASBOL